top of page
Recent Posts

The Person in Each Personality III: Self Confidence

Ada banyak cara untuk belajar untuk bisa mengerti suatu hal. Salah satunya yang bisa kita gunakan adalah dengan belajar mengerti hal lainnya yang sifatnya berlawanan dengan hal yang mau kita mengerti.

Percaya diri.

Ide apa yang timbul saat Anda mendengar atau melihat kata ini?

Kita sering mendengar, “Dia mah orangnya gak pede-an,” atau “Dia terlalu pede!” – saat ada seseorang yang tertangkap melakukan kesalahan. Atau mungkin, “Percaya diri donk, kamu pasti bisa kok.”

Dari hal ini, mari kita ambil sebuah elemen yang sering dikaitkan sebagai lawan dari “percaya diri”, yaitu – rasa malu.

Dari mana sebenarnya perasaan malu itu muncul? Saat harus berbicara di depan orang banyak, ada yang merasa malu. Saat harus bernyanyi depan umum, ada yang merasa malu. Saat harus meminta maaf, ada orang yang merasa malu. Saat harus mengakui kesalahan, ada orang yang merasa malu. Dan bahkan, saat berpakaian, ada juga orang yang merasa malu; merasa diri tidak pantas dan sebagainya.

Seorang penulis ternama Amerika, Andre Dubus berkata, “Rasa malu punya sebuah elemen narsisme yang aneh, sebuah kepercayaan bahwa penampilan kita, kinerja kita, sangat penting bagi orang lain.”

Kita tahu bahwa potensi yang kita miliki diperuntukkan agar memberikan manfaat bagi orang lain, tetapi jika dalam konteks di atas, saat rasa malu disebabkan oleh ketakutan yang berlebihan akan pandangan orang lain terhadap kita, atau bagaimana kita di mata orang lain, hal ini menjadi tidak sehat, karena sebenarnya kita tidak sedang memiliki gambar diri yang jelas.

Orang yang memiliki gambar diri yang jelas, tidak hidup untuk membuat kesan bagi orang lain, tapi hidup untuk membuat dampak bagi orang lain.

Orang yang mengenal dirinya dengan baik, tidak hidup bergantung dari penerimaan orang lain terhadap dirinya, tapi hidup dengan penerimaannya terhadap diri sendiri. Hal ini tidak bermaksud bahwa seseorang dapat mempertahankan sifat-sifat yang buruk dengan membuat pembenaran diri seperti, “Ya emang aku orangnya gini kok,” – tetapi: melihat dirinya sendiri apa adanya, melihat kekuatan dan kelemahannya, lalu menerima itu, dan pada saat yang sama, mengambil sebuah langkah untuk terus menerus memperbaiki diri, daripada menyalah-nyalahkan diri terus menerus lalu menjadi rendah diri, merasa tidak layak, dan – merasa malu akan diri sendiri.

Rasa percaya diri bukanlah sesuatu yang kita buat-buat atau imaginasikan. Rasa percaya diri juga bukan sekedar berbicara dan menyemangati diri sendiri. Tetapi lebih daripada itu.

Rasa percaya diri bertumbuh secara natural, saat seseorang mengenal gambar dirinya dengan semakin jelas.

+++

There are so many ways to learn about something. One that can be useful for us is to learn something by learning the other thing that contradicts it.

Self-confidence.

What do you think when you see or hear this word?

We often hear, “He’s lack of confidence,” or “She is way too confident!” – when someone get caught making mistake. Or maybe, “Be confident, you can do it.

Let’s start here and take one element as the contradiction to “self confidence”, which is – shyness.

Where does shyness come from? When it is time to speak in public, shyness could appear. When it is time to sing in public, shyness could appear. When it is time to say sorry, shyness may appear. When it times to admit wrongs, shyness may appear too! Moreover, when it comes to dressing, some people feel shy about themselves: they feel unappropriate, and so on.

An American writer named Andre Dubus said, “Shyness has a strange element of narcissism, a belief that how we look, how we perform, is truly important to other people.

We know that our potentials will be helpful for others, but on this context above, when shyness is caused by too much fear of how others would see us, or how do we look in other’s eyes, this can’t be a healthy one, because actually, we are having doubt on our self image.

People who have a healthy self image, don’t live to impress others but to influence others.

People who know themselves well, don’t live depending on other’s acceptance, but live by accepting who they really are. This doesn’t mean that they can always do their bad habits and making self-defence such as, “This is me. Deal with it,” – but: to see themselves for who they really are, to see their strength and weakness, and then to accept it, while at the same time, taking the step to keep on improving, instead of blaming themselves anything all of the time, feeling unworthy, and – eventually feeling shy or worse, shame.

Self confidence is not something we made up or imagined. It’s not merely about talking to ourselves and having positive minds. It's deeper than that.

Self confidence grows naturally when someone has a healthy self image.

Search By Tags
Archive
bottom of page